Konstruksi tangga harus kuat dan stabil, karena sebagai jalan penghubung ke
lantai tingkat. Menurut peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, 1983,
bahwa beban ditangga lebih besar dari beban pada pelat lantai.
Untuk bangunan rumah tinggal = 250 kg/ m2
Dan bangunan umum diambil = 300 kg/ m2
- Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya, jika terjadi
ada penurunan bisa menyebabkan sudut kemiringan tangga berubah, Jika konstruksi
tangga tersendiri artinya terpisah dengan struktural rangka bangunan, dibuatkan
pondasi tersendiri rangka tangga tidak menempel pada dinding diberi sela ± 5 cm.
- Bidang momen yang terjadi pada ibu tangga;
- Bahan tangga;
Dapat dari bahan; kayu, beton bertulang,baja, batu alam.
a). Tangga kayu;
Mudah dikerjakan, harga cukup murah, bentuk bahan alami menambah kesejukan
suasana ruang.
b). Tangga beton bertulang;
Konstruksinya kuat dan awet, tidak cepat rusak, dapat berumur panjang, bahan
tahan api. Dapat dipasang di bangunan umum atau bangunan tingkat rendah atau
sampai dengan 4 (empat) lantai.
c). Tangga baja;
Kurang serasi ditempatkan pada ruang dalam karena bentuknya kasar, biasanya
dipasang sebagai tangga pribadi atau tangga darurat dengan bentuk lingkar.
d). Tangga dari batu alam;
Merupakan pasangan bata pada halaman rumah, tidak terlindung, tidak memerlukan
perhitungan konstruksi.
Disamping beberapa jenis tangga ada juga tangga gerak (eskalator), tangga ini
bergerak naik atau turun, tanpa perlu melangkahkan kaki, karena digerakkan
dengan mesin, biasanya dipasang pada bangunan komersil dan biaya operasionalnya
mahal.